Arsip Tag: Badik Cangkingan

Senjata Tradisional bagi Masyarakat Betawi

Senjata Tradisional bagi Masyarakat Betawi

Senjata Tradisional bagi Masyarakat Betawi – Etnis atau masyarakat Betawi slot88 adalah istilah yang dikenal pada zaman kolonial. Penduduk asli Jakarta dulu bernama Batavia. Kebudayaan suku Betawi terbentuk dengan adanya akulturasi berbagai macam kebudayaan yang masuk ke  Jakarta. Kebudayaan adalah peninggalan leluhur di masa lampau, baik yang bentuknya fisik maupun nonfisik. Peninggalan kebudayaan dapat bertahan menghadapi berbagai dimensi waktu dan perubahan yang terjadi pada manusia dan zaman, asalkan masyarakat mau menjaga peninggalan kebudayaan dengan baik dan konsisten. Senjata tradisional merupakan salah satu peninggalan kebudayaan yang bentuknya fisik. Senjata yang digunakan oleh para pendahulu kita sifatnya masih tradisional. Oleh karena itu, senjata yang digunakan pada zaman itu dikenal dengan nama senjata tradisional.

Pisau Raut

Jenis senjata tradisional Betawi selanjutnya slot server thailand yaitu Pisau Raut. Pisau Raut ini tidak dipakai sebagai senjata dalam pertempuran, akan tetapi dikenakan sebagai sarana budaya. Para pengantin pria biasanya memakai senjata ini sebagai tambahan aksesoris busana pengantin adat masyarakat Betawi. Pisau Raut diselipkan pada ikat pinggang di depan perut yang dilengkapi rangkaian bunga melati sebagai tambahannya.

Sarung

Mungkin kita sering melihat orang Betawi menyampirkan sarung yang dilipat di pundak atau dililitkan di pinggang. Hal ini menandakan bahwa sarung yang dipakai digunakan untuk mempertahankan diri. Sarung yang dikalungkan di leher dapat ditarik dengan cepat untuk menangkis serangan senjata tajam oleh musuh atau lawan yang diayunkan secara tiba-tiba.

Sarung menjadi senjata tradisional Betawi yang biasa digunakan untuk menangkis dan mementalkan serangan dari golok lawan. Selain itu, sarung juga berfungsi untuk mengikat leher lawan setelah melakukan tangkisan dari golok lawan.

Senjata ini tergolong sangat unik, karena bukan termasuk senjata tajam akan tetapi berupa kain tenun yang seharusnya tidak mampu membuat luka gores sedikitpun. Meski sarung ini dapat digunakan sebagai senjata saat berperang, orang Betawi tidak menggunakannya secara khusus sebagai senjata, akan tetapi memakainya sebagai selimut di kala dingin maupun untuk menutup aurat ketika salat. Oleh karena itu, orang Betawi tidak melupakan kegunaan utama dari benda yang satu ini.

Cunrik Betawi

Ketika bepergian, kaum wanita Betawi joker123 pada masa lalu juga sering membawa senjata yang berfungsi untuk melindungi diri. Adapun yang membedakannya, senjata tradisional Betawi yang dibawa oleh kaum wanita ini tidak berbentuk seperti senjata pada umumnya. Senjata ini dibuat mirip seperti aksesoris tusuk konde namun cukup mematikan karena ketajamannya dari Cunrik Betawi ini.

Punta

Senjata tradisional Betawi selanjutnya yaitu Punta. Punta adalah senjata tajam yang berbentuk melengkung dan hampir membentuk seperti huruf S dengan ujung yang runcing. Punta memang terlihat mirip dengan senjata tradisional Kujang dari suku Sunda. Punta tak bisa dimiliki oleh sembarang orang, hanya saudagar besar yang boleh memiliki Punta sebagai senjata tradisional untuk melindungi diri sendiri. Masyarakat biasa tidak bisa dengan mudah memiliki senjata tradisional ini. Akan tetapi, saat ini jarang ditemukan saudagar atau pedagang yang menyimpan senjata tradisional Punta.

Senjata Punta berguna terutama untuk melakukan penyerangan atau mempertahankan diri dari serangan musuh yang mengincar barang bawaan para saudagar pedagang zaman dulu. Tidak semua pengrajin bisa membuat senjata tradisional yang satu ini, sehingga para saudagar perlu memesanan terlebih dahulu untuk mendapatkannya. Selain membuat sendiri, Punta dapat diperoleh juga dari pemberian orang lain.

Keris

Selain golok, keris termasuk salah satu senjata tradisional masyarakat Betawi. Keris Betawi berbentuk sebagaimana bentuk keris di masyarakat Jawa pada umumnya. Hal ini membuat banyak budayawan yang menganggap bahwa keris Betawi menjadi warisan dari budaya Sunda dan Cirebon.

Toya

Betawi dikenal sebagai daerah yang mempunyai banyak jawara dan perguruan silat. Maka tak mengherankan apabila kita menemukan adanya senjata tradisional tongkat bernama Toya ini. Senjata tradisional Toya pada masa lampau digunakan sebagai alat untuk latihan bagi murid-murid di perguruan silat. Jika digunakan sebagai alat untuk menjaga diri, Toya biasanya dilengkapi dengan gerigi kasar pada kedua ujung untuk memberikan efek yang lebih besar pada lawan yang terkena pukulan.

Menyadur dari portal resmi Pemerintah Provinsi  DKI Jakarta Jakarta, senjata tradisional Toya merupakan kayu atau bambu sepanjang 1,5 meter yang berfungsi untuk menangkis senjata tajam, menyodok, menggebuk, dan bahkan menyerang musuh. Toya mempunyai jangkauan yang luas dan biasanya digunakan dalam dunia persilatan. Selain itu, Toya dapat digunakan untuk menangkis serangan golok yang dilancarkan oleh lawan. Senjata tradisional ini berbentuk sangat sederhana, yakni berupa kayu lurus atau bambu lurus yang sangat keras.

Belati

Masyarakat Betawi memang tidak banyak mengenal jenis senjata tikam. Hal ini disebabkan pada budaya masyarakat Betawi tidak suka dengan perkelahian yang berlebihan. Meski begitu, masyarakat Betawi mengenal senjata tradisional Belati sebagai salah satu senjatanya. Belati Betawi bentuknya mirip dengan golok, akan tetapi Belati memiliki ukuran yang lebih kecil. Selain ukurannya, bilah Belati cenderung lebih tebal dengan ujung yang lancip dan melengkung.

Belati menjadi senjata tradisional yang berukuran kecil namun memiliki kelebihan yaitu tajam. Terdiri dari bilah, gagang, dan juga sarung. Belati mempunyai tiga bagian, yaitu bagian badan, gagang, dan sarung. Senjata tradisional Belati digunakan oleh para jawara sebagai senjata lempar untuk mengincar lawan yang jaraknya jauh. Selain itu, senjata tradisional Belati terutama digunakan sebagai alat untuk bertarung oleh para ahli silat atau para jawara.

Trisula

Pengaruh budaya Hindu di Nusantara, termasuk pulau Jawa pada masa lampau cukup meninggalkan banyak benda yang bersejarah dan menjadi budaya. Di antara peninggalan budaya tersebut yaitu penggunaan senjata tradisional Trisula sebagai senjata oleh masyarakat Betawi. Senjata tradisional Betawi bernama Trisula ini sekilas serupa dengan trisula dari Palembang, hanya saja pada bagian bilah tengah cenderung lebih panjang dan kedua bilah di sisi kiri kanan dibuat melengkung ujungnya.

Trisula adalah senjata tradisional Betawi yang hanya dapat dipesan khusus oleh para jawara pada pandai besi. Tak seperti Trisula Poseidon yang berbentuk tongkat dengan tiga bilah tajam di ujungnya. Trisula masyarakat Betawi cenderung lebih mirip pisau dengan tiga mata. Mata pisau yang di tengah lebih panjang jika dibandingkan dengan mata pisau Trisula lainnya. Trisula umumnya digunakan untuk menusuk dan menangkis serangan yang dilancarkan oleh lawan.

Badik Cangkingan

Kaum muda Betawi yang pergi jauh dari rumah sering membawa senjata untuk melindungi diri. Senjata tradisional Betawi ini berukuran kecil dan berbentuk mirip dengan senjata tradisional Rencong dari Aceh atau senjata tradisional Badik dari Sulawesi. Mengenai asal usul nama senjata tradisional ini, mungkin karena sering dibawa pergi (dicangking). Senjata tradisional Betawi ini kemudian dinamai Badik Cangkingan. Namun, saat ini, senjata tradisional Betawi jenis ini sudah jarang dipakai dan tidak mudah ditemukan. Badik Cangkingan adalah senjata yang bilah besinya tajam dan berukuran panjang. Senjata tradisional ini dibalut dengan cincin perak atau perunggu yang menghubungkan bilahnya dengan gagang. Gagang Badik dibuat dari bahan kayu maupun gading yang bentuknya melengkung sesuai dengan genggaman tangan penggunanya. Sarung Badik terbuat dari bahan kayu dan dihiasi dengan ukiran khas Betawi untuk menambah kekhasan dari senjata tradisional ini. Adapun, bagian badan Badik terbuat dari besi atau baja hasil dari leburan rel kereta api.